Selasa, 29 Mei 2012

iben great seller: PUPUK ION ORGANIK CIREMAI (PIOC)

iben great seller: PUPUK ION ORGANIK CIREMAI (PIOC): BAB I. PERTANIAN SEHAT, PRODUKTIF DAN RAMAH LINGKUNGAN DENGAN PUPUK ION ORGANIK CIREMAI I-200 WATT Dewasa ini kondisi global ditandai den...

PUPUK ION ORGANIK CIREMAI (PIOC)

BAB I. PERTANIAN SEHAT, PRODUKTIF DAN RAMAH LINGKUNGAN DENGAN PUPUK ION ORGANIK CIREMAI I-200 WATT
Dewasa ini kondisi global ditandai dengan seringnya terjadi krisis pangan, krisis energi dan krisis kekeringan yang kerap melanda dunia. Dua krisis pertama menunjukkan kesalahan manusia mengelola alam, atau dua krisis pertama diakibatkan krisis lingkungan hidup.
Krisis pertanian dan pangan, tidak bisa dilepaskan dari imbas adanya usaha peningkatan produksi pertanian/pangan dalam waktu cepat yang dilakukan pemerintah pada awal tahun 1970 an yang dikenal dengan Green Revolution (revolusi hijau). Akibatnya memang luar biasa, yang ditandai dengan produksi pangan dunia (termasuk indonesia) meningkat tajam karena dalam satu tahun bisa 2 kali panen yang sebelumnya hanya 1 kali panen, sehingga sementara waktu bisa mengatasi kelaparan dan kekurangan pangan hampir sebagian besar belahan dunia saat itu.
Tetapi ternyata Green revolution harus di bayar mahal oleh lingkungan hidup dan bumi kita. Keseimbangan ekosistem dunia rusak parah dengan adanya pemakaian pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan. Serangan hama dalam bentuk ledakan populasi organisme pengganggu lebih sering terjadi dan menimbulkan gagal panen. Varietas padi dan tanaman pertanian lainnya yang muncul saat ini tidak tahan (rentan) terhadap organisme pengganggu dan kekeringan . Green revolution juga mengharuskan adanya sistem irigasi tanah yang baik ,sehingga pembentukan tanah menjadi mahal dan boros air. Dengan demikian Green Revolution tidak bisa sepenuhnya mampu mengatasi persoalan pangan dan pertanian dunia karena kegagalan panen masih sering terjadi dan kekurangan pangan dunia masih terus berlangsung.
Yang paling memprihatinkan dampak jangka panjang dari Green Revolution itu mulai dirasakan sekarang.
Pertama, rusaknya lahan sawah denga ciri-ciri kandungan bahan organik yang rendah, pH tanah yang rendah dan terkurasnya hara tanah baik mikro maupun makro.
Kedua, miskinnya jumlah dan jenis mikro organisme dalam tanah yang sangat membantu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang mendukung pertumbuahan tanaman secara optimal.
Ketiga, varietas padi dan tanaman pertanian yang muncul sekarang merupakan jenis tidak tahan terhadap organism pengganggu ,kekeringan dan rakus unsur hara
Dengan fakta tersebut di atas sudah selayaknya merubah visi pertanian menjadi pertanian yang sehat, produktif dan ramah lingkungan. Hal ini sudah menjadi gerakan internasional yang di prakarsai oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) melalui federasi yang di beri nama IFOAM (Internasional Federation of Organic Agricultural Movement/Federasi internasional untuk gerakan pertanian organik) bermarkas di Berlin-Jerman .
Indonesia juga tidak tinggal diam dalam beberapa tahun terakhir ini. Penerapan konsep pertanian organik mulai dilaksanakan dan sepenuhnya didukung oleh oemerintah. Penggunaan pupuk organik/pupuk kandang semakin sering ditekankan,pembatasan penggunaan pupuk kimia dan subsidinya mulai dikurangi. Dengan munculnya kesadaran baru dan berubahnya visi pertanian di Indonesia, maka CV. Anugerah Karya Makmur memproduksi PUPUK ION ORGANIK CAIR CIREMAI i 200 watt, serta ikut mendukung visi pertanian sehat, produktif dan ramah lingkungan. Bagi dunia pertanian, produk PUPUK ION ORGANIK CAIR CIREMAI i-200 watt ini bisa dianggap sebagai revolusi dibidang pupuk organik cair. Mengapa demikian, karena:
• CIREMAI adalah pupuk ion organik cair yang dibuat dari bahan organik yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro yang diperlukan tanaman. Unsur hara makro yaitu N P K dibutuhkan dalam jumlah banyak. Sedangkan unsur hara mikro yaitu Fe, Cu, B, Mo, Mn, Zn, Co dll dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit, namun mempunyai peran yang sangat besar untuk pertumbuhan tanaman.
Nitrogen (N) tanaman yang mengandung cukup N akan menunjukan warna daun hijau tua yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman kekurangan N maka daun akan menguning (klorosis ) karena kekurangan klorofil. Pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil disebabkan kekurangan N, namun apabila N berlebihan akan menunjukan daun warna hijau gelap akibatnya tanaman peka terhadap hama penyakit dan mudah roboh. Kekurangan dan kelebihan unsur N mempunyai efek yang kurang baik bagi tanaman.
Fosfor (P), di dalam tanaman mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses–proses di dalam tanaman lainnya. P meningkatkan kwalitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. P membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil panen. Kekurangan P tanaman menjadi kerdil, bentuk daun tidak normal,,penundaan pemasakan dan pengisian biji berkurang.
Kalium (K), Kalium sangat vital dalam proeses fotosintesis. Apabila kekurangan K maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktivitas-aktivitasnya, sehingga pembentukan bagian–bagian tanaman akan berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi tanaman juga akan berkurang. Fungsi K dalam pertumbuhuhan tanaman berpengaruh pada efisiensi penggunaan air. Proses membuka dan menutupnya pori-pori daun tanaman/stomata, dikendalikan oleh konsentrasi K dalam sel yang terdapat di sekitar stomata. Kekurangan kadar K menyebabkan stomata membuka sebagian dan menjadi lebih lambat dalam penutupan. Gejala kekurangan unsur K ditunjukan dengan terbentuknya bercak daun yang dimulai dari ujung daun atau pinggir yang berwarna coklat seperti tanaman sudah tua.
Tanaman memerlukan unsur hara dalam bentuk anorganik, bukan organik . PIOC CIREMAI I 200 WATT mengandung mikroba, dimana mikroba ini akan membentuk mikro koloni dalam stuktur tanah, dengan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang diperlukan. Setiap mikroba mempunyai kemampuan untuk merubah satu senyawa menjadi senyawa lain untuk mendapatkan energi dan nutrisi. Dengan demikian, adanya mikroba pada PIOC CIREMAI I 200 WATT menyebabkan terjadinya daur unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfor dan unsur lain di alam, berarti penggunaan PIOC Ciremai I 200 watt mampu menekan penggunaan unsur hara yang diperlukan tanaman. Mikroba menguntungkan (positip) akan menghambat pertumbuhan bakteri lain yang bersifat patogenik dengan menghasilkan antibiotic. PIOC CIREMAI I 200 WATT mengandung unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman diantaranya Fe ,Cu ,B ,Mo ,Mn , Zn Co dll. PIOC CIREMAI I200 WATT juga mengandung mikroba yang mampu mengubah unsur hara organik menjadi anorganik yang siap diserap oleh akar tanaman untuk pertumbuhannya.
• CIREMAI. Mengandung zat perangsang tumbuh (ZPT), yang dapat mempercepat pertumbuhan akar, batang, daun dan buah. PIOC CIREMAI I 200 WATT mengandung Auxin, Cytokinin dan Gibberelin. ZPT adalah hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (Growth and Development ) suatu tanaman. Di alam tidak satu unsur pun yang berdiri sendiri, akan tetapi saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga merupakan suatu system. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberelin dan cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri. Ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi, dimana interaksinya dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh dapat meningkatkan aktivitas fisiologi tanaman, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan energi matahari dan hara tanaman. Pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman pertanian bertujuan untuk memperbaiki sistim perakaran, mempercepat pembungaan, membantu terbentuknya bakal buah dan sebagainya.
• CIREMAI mampu memperbaiki struktur tanah, karena mengandung OST (Organik soil treatment) dan papaine (zat yang terkandung dalam buah papaya), sehingga tanah menjadi remah dan subur. Kandungan bakteri positif juga mampu mempercepat perombakan organik menjadi nutrisi yang siap diserap oleh tanaman. Proses perubahan dari C-organik menjadi anorganik pada dasarnya adalah upaya mikroba dan jasad lain untuk memperoleh energi. Penguraian bahan organik dalam tanah ditemukan beberapa tahapan proses. Hewan–hewan tanah termasuk cacing tanah memegang peranan penting pada penghancuran bahan organik, perubahan selanjutnya dikerjakan oleh mikroba,dengan demikian tanah yang lengket dan keras akan berubah menjadi tanah yang remah, halus, gembur dan penuh humus yang disukai oleh tanaman.
Tanah adalah sebuah komponen dari keseluruhan ekosistem dan tidak dapat dilepaskan dari kesehatan ekosistem tersebut. Di bidang pertanian, tanah yang sehat memiliki kondisi fisik, kimia dan biologis optimal untuk produksi tanaman, dan memiliki kemampuan untuk menjaga kesehatan tanaman serta kualitas ekosistem. Dalam sejumlah kondisi, tanah yang sehat mungkin saja tidak berfungsi sebagai komponen ekosistem yang sehat karena adanya penambahan komponen tanah yang tidak sehat dari luar tanah itu sendiri misalnya penambahan bahan kimia yang berlebihan atau pembuangan limbah toksik.
Tanah sehat dan subur merupakan system hidup dinamis yang dihuni oleh berbagai organisme (mikro flora, mikro fauna, serta makro flora dan makro fauna). Organisme tersebut saling berinteraksi membentuk suatu rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem untuk membentuk tropik rantai makanan. Dalam ekosistem tanah, tropik rantai makanan dimulai dari tropik level pertama, yaitu kelompok organisme (tanaman dan bakteri) produsen yang mampu memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energinya. Selanjutnya diikuti oleh tropik kedua hingga ke tingkat tropik yang tertinggi. Hal ini berarti, bahwa kehadiran suatu organisme akan mempengaruhi keberadaan organisme lain secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan tanah dapat dievaluasi secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan indikator seperti kemampuan tanah sebagai media tumbuh tanaman maupun mikroba.
• CIREMAI adalah pupuk ion organik cair yang diramu dari biji-bijian dan umbi-umbian yang merupakan bahan baku pembuatan pestisida organik. Diantaranya jahe, laos, bawang putih, dll. Bahan–bahan tersebut mempunyai rasa dan aroma yang tidak disukai oleh hama dan penyakit. Jadi penyemprotan PIOC Ciremai I 200 watt pada daun dan batang tanaman mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap organisme penganggu sekaligus sebagai antibiotik yang bersifat repelen (zat yang tidak disukai organisme pengganggu).
Dengan keunggulan tersebut, produk PUPUK ION ORGANIK CAIR CIREMAI I 200 watt menjadi pilihan utama bagi petani yang hendak merubah visi pertaniannya menjadi pertanian yang sehat, produktif dan ramah lingkungan atau pertanian masa depan yang lebih makmur dan sejahtera.
BAB II. CARA PENGGUNAAN PUPUK ION ORGANIK CAIR (PIOC) CIREMAI

1. TANAMAN PADI

A. PEMBENIHAN
A.1. PRA SEMAI BENIH
- 2 hari sebelum benih ditebar, HARUS dilakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada lahan yang akan diperuntukan sebagai lahan pembenihan dengan dosis 12 - 18 tutup botol per tangki
- Lakukan perendaman gabah di dalam air selama 24 jam, angkat dan tiriskan dan dilanjutkan perendaman yang menggunakan air yang sudah ditambahkan pupuk organik cair CIREMAI selama 12 jam, dengan dosis 1 tutup botol untuk 5 liter air. Setelah itu di tiriskan
A.2. SEMAI BENIH
- Lakukan penyemprotan pada benih saat umur 7 hari dengan dosis 6 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pada benih saat umur 15 hari dengan dosis 6 tutup botol per tangki
B. PERIODE TANAM
B.1. PERSIAPAN TANDUR
- Lakukan Penyingkalan Tanah (garu/traktor) Pada Saat 7 Hari Sebelum Tandur
- Lakukan penyemprotan pada LAHAN saat 2 hari sebelum tandur ke tanah dengan dosis 18 tutup botol per tangki
- Pada saat pencabutan benih (18-20 hari), benih harus direndamkan pada air yang sudah ditambahkan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 1 tutup botol untuk 5 liter air selama 10 menit, setelah itu ditandurkan. Ini bertujuan, agar akar yang rusak dan patah tidak mengalami stress pada saat pencabutan dan juga untuk antisipasi/menghindari benih tidak mengalami MASA MENGUNING pada saat ditanam.
- Pola atau jarak tanam yang dianjurkan adalah 30 cm dan legowo per 6 baris dengan kedalaman tanam adalah 5 cm
B.2. MASA TANAM
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 7 hari dengan dosis 6 tutup botol per tangki
- Lakukan pemberian pupuk kimia (Urea+Phonska) pada umur 10 hari dengan dosis 25% - 50 % dari biasanya =>[35-40 kg per 100 bata]
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 15 hari dengan dosis 10 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 30 hari dengan dosis 10 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 45 hari dengan dosis 8 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 60 hari dengan dosis 8 tutup botol per tangki
KETERANGAN
• Tujuan pemakaian Pupuk Organik Ciremai adalah untuk mengurangi pemakaian pestisida kimia dan mengurangi pemakaian pupuk kimia yang berlebihan yang sangat tidak baik untuk tanah dan tidak ramah lingkungan.
• Pada saat pertama kali pemakaian Pupuk Organik Ciremai i-200watt di musim tanam, disarankan untuk mengurangi kadar pupuk kimia, contoh :
 Penggunaan pupuk kimia musim tanam 1 cukup 50% saja dari dosis biasanya.
 Kemudian penggunaan pupuk kimia musim tanam berikutnya cukup 25 % dari yang seperti biasanya.
• 1 Bata (Tumbak) = 14 M2 , 100 Bata (Tumbak) = 1.400 M2 , 500 Bata (Tumbak) = 1 Bau, 700 Bata = 1 Hektar
• Sawah 1 Hektar Ideal 7-8 botol Ciremai i-200watt, jadi contoh sawah padi 100 Bata cukup menggunakan 1.5 Liter Ciremai i-200watt dan pemakaian pupuk kimianya pada musim tanam pertama cukup 20 Kg Urea + 20 Kg Phonska, sedangkan pada musim berikutnya cukup 10 Kg Urea + 10 Kg Phonska ( pupuk berimbang )
• Sawah 100 Bata dengan menggunakan makro (urea 20 kg+phonska20 kg) + 1,5 liter pupuk organik cair CIREMAI bisa menghasilkan padi sebanyak 1 Ton 80 Kg.
• 1 tutup botol = 10 ml / cc

2. TANAMAN JAGUNG
A. PERSIAPAN
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada LAHAN, saat umur 2 hari sebelum penanaman bibit dengan dosis 12 - 18 tutup botol per tangki
- Lakukan perendaman bibit jagung kedalam air yang sudah sudah ditambahkan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 1 tutup botol untuk 5 liter air selama 12 jam, dan setelah itu didiamkan/diangin-angin selama 6 jam
B. MASA TANAM
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 15 hari setelah tanam dengan dosis 10 tutup botol per tangki (75% ke arah batang dan tanah, 25% ke arah daun)
- Lakukan pemberian pupuk kimia (urea+phonska) pada umur 10 hari dengan dosis 25% - 50% dari biasanya =>[125 kg /ha]
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 30 hari setelah tanam dengan dosis 8 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada umur 45 hari setelah tanam dengan dosis 8 tutup botol per tangki
- Lakukan pemberian pupuk kimia (urea+phonska) pada umur 10 hari dengan dosis 25% - 50% dari biasanya =>[100 kg /ha]
3. TANAMAN KACANG TANAH DAN KACANG KEDELAI
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI ke lahan pada saat 2 hari sebelum penanaman benih kacang tanah/kacang kedelai dengan dosis 18 tutup botol per tangki
- Lakukan pemberian pupuk kimia (30% urea + 70% phonska) pada umur 10 hari dengan dosis 25% - 50% dari biasanya =>[35 – 40 kg per 100 bata]
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada saat umur 15 hari dengan dosis 10 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada saat umur 30 hari dengan dosis 8 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada saat umur 45 hari dengan dosis 8 tutup botol per tangki
4. TANAMAN TEBU
- Pertama, 4-5 hari sebelum tanam lakukan pemupukan TSP dengan dosis 100 kg/ha
- Kedua, sehari setelah tanam lakukan penyemprotan Pupuk Organik CIREMAI sebanyak 3 liter/ha
- Ketiga, 21 hari setelah tanam lakukan penyemprotan Pupuk Organik CIREMAI sebanyak 2 liter/ha
- Keempat, Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di samping kanan rumpun tebu
- Kelima, 30 hari setelah tanam lakukan penyemprotan Pupuk Organik CIREMAI sebanyak 2 liter/ha
- Keenam, Umur 40 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 - 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.
- Ketujuh, 45 hari setelah tanam lakukan penyemprotan Pupuk Organik CIREMAI sebanyak 2 liter/ha
- Kedelepan, 70 hari setelah tanam lakukan penyemprotan Pupuk Organik CIREMAI sebanyak 3 liter/ha
5. TANAMAN TEMBAKAU
a. Pertama, sehari setelah tanam sebanyak 3 liter /ha
b. Kedua, 21 hari setelah tanam sebanyak 2 liter /ha
c. Ketiga, 45 hari setelah tanam sebanyak 2 liter /ha
d. Keempat, 70 hari setelah tanaman sebanyak 3 liter /ha
e. Berikutnya hanya penambahan pupuk ZA secukupnya.
6. TANAMAN BAWANG MERAH
I. PRA TANAM
- Jenis tanah yang dikehendaki oleh bawang merah adalah Alluvial, Glay Humus atau Latosol, tektur tanah sedang sampai liat, ketinggian 0 – 400 m dpl, kelembaban 50 – 70 %, pH 5,6 – 6,5 dan suhu 25 – 320C. Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan asalkan air selalu tersedia.
- Tanah di bajak kemudian di garu sampai rata dengan kedalaman 20 cm biarkan sampai beberapa hari, bedengan di buat dengan ukuran lebar 120 - 180 cm di antara bedengan dibuat saluran air (salir) dengan ukuran lebar 40 cm dan kedalaman 50 cm. Usahakan tanah galian diletakkan di bedengan dengan posisi terbalik untuk menghindari rumput tumbuh.
- 7 hari sebelum penanaman lakukan penyemprotan PIOC CIREMAI i 200 watt pada tanah bedengan dengan dosis 2–3 ltr/ ha.
- 3 hari sebelum penanaman lakukan pemberian pupuk majemuk N P K S (15-15-15-10) dosis 100 kg/ha dicampur sapai rata pada tanah bedengan.
II. PEMILIHAN BIBIT
Pilih bibit yang baik dan sehat, telah mengalami proses pengeringan dan telah disimpan selama 2-3 bulan,umbi masih ada daun dan terikat. Umbi berukuran 3-4 gram/umbi, bentuk umbi kompak/keras dan kulit tidak terkelupas

III. JARAK TANAM
a. Pada musim rendengan (hujan) 20 x 15 cm untuk varietas Tiron
b. Pada musim kemarau 15 x 15 cm varietas Ilokos,Tadayung dan Bangkok
IV. CARA TANAM
Umbi bibit terlebih dahu dilepas daun keringnya atau dipotong dengan pisau yang bersih. Pada saat sebelum tanam, celupkan umbi bibit pada larutan PIOC CIREMAI i 200 watt dengan dosis 10 ml atau 1 tutup botol /5 ltr air. Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan umbi bibit pada permukaan tanah. Satu lubang ditanam satu umbi bibit.
V. PEMELIHARAAN
a. Pembersihan Gulma
Pembersihan gulma dilakukan secara manual (rambet/matun) pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST), pada waktu pembersihan gulma lakukan pengambilan telur ulat bawang. Pembersihan gulma kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 25 HST.
b. Pendangiran
Lakukan pendangiran yaitu tanah disekitar tanaman didangir dan dibumbum agar perakaran bawang selalu dalam keadaan tertutup tanah. Selain itu jika bedengan sudah rusak harus di per baiki yaitu memperkuat tepi bedengan dengan lumpur dari dasar saluran. Pendangiran dan pembumbunan di lakukan pada saat tanaman berumur 7 HST , bersamaan dengan pembersihan gulma. Selanjutnya pendangiran dan pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 25 HST.
c. Pemupukan Dan Aplikasi PIOC CIREMAI i 200 watt susulan
- Susulan pertama
o Setelah bawang merah berumur 13 HST lakukan pemupukan N P K S (15-15-15-10) dosis 100kg/ha. Berikan pupuk tersebut di sekitar rumpun. Pada saat pemberian pupuk jangan sampai terkena tanaman.
o Setelah tanaman umur 15 HST segera lakukan penyemprotan PIOC CIREMAI i 200watt dengan dosis 1 ltr /ha.
- Susulan kedua
o Setelah bawang merah berumur 28 HST pemupukan susulan kedua N P K S (15-15-15-10) dosis setengah dari pupuk susulan pertama yaitu 50 kg/ha.
o Setelah tanaman umur 30 HST penyemprotan PIOC CIREMAI I 200 watt dilakukan dengan dosis 1 liter/ha.
d. Pengairan
Pada awal pertumbuhan penyiraman dilakukan pagi dan sore. Penyiraman pagi dilakukan sepagi mungkin sekitar jam 05 di saat daun bawang merah ada masih kelihatan basah untuk menghindari hama dan penyakit. Penyiraman sore di hentikan pada saat tanaman daya tumbuhnya sudah mencapai lebih 90%. Tinggi permukaan air pada saluran air (salir) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukan bedengan pertanaman bawang merah. Hati hati pengaturan air pada saat musim hujan jangan sampai kebanjiran.
V. PEMATANGAN UMBI
Pematangan umbi bawang merah pada umur 50-65 HST. Pada masa pematangan umbi penyiraman cukup sore hari .
VI. PANEN DAN PASCA PANEN
1) Apabila sebagian daun sudah rebah dan berumur 55-70 HST untuk dataran rendah dan 70-90 HST untuk dataran tinggi, maka bawang siap di panen. Panen dilakukan pagi hari pada saat cuaca cerah dan tanah tidak becek. Pemanenan dilakukan dengan mencabut batang dengan daun-daunnya, selanjutnya 5 – 10 rumpun diikat menjadi satu ikatan yang disebut pocong dan beberapa pocong diikat menjadi satu disebut gedeng ( bahasa jawa).
2) Pasca Panen penjemuran harus menggunakan alas geribig atau anyaman bambu. Pejemuran pertama selama 5–7 hari posisi bagian daun menghadap ke atas, penjemuran ke dua selama 3–4 hari dengan posisi umbi menghadap ke atas. Tanah yang nempel /melekat pada umbi bawang merah harus di bersihkan. Kadar air 85% baru di simpan. Penyimpanan, ikatan bawang merah digangungkan pada rak-rak bambu, aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-29o C dan kelembaban 70 – 80 %.

7. TANAMAN SAYURAN (sawi, pokcai, sawi putih, kol, seledri, bawang putih, wortel, kangkung dan bayam)
A. Pengolahan Tanah dan Pemupukan
Tanah yang akan ditanami harus diolah terlebih dahulu dan diberi pupuk organic cair CIREMAI. Setiap Hektar ladang atau sawah yang akan ditanami, tanah dicampur pupuk kandang dan digemburkan lalu dibentuk bedengan untuk mempermudah memelihara tanaman/sayuran yang ditanam.Untuk menggemburkan dan menyuburkan tanah, 2 hari sebelum tanam, semprotkan pupuk organik cair CIREMAI pada lahan dengan dosis 15 tutup botol /tangki
B. Pembibitan/ Persiapan Bibit tanaman
Pilih benih yang bagus kemudian direndam (1 tutup botol dalam 5 liter air) biarkan selama 30 menit.Kemudian ditiriskan lalu ditanam pagi atau sore hari.
C. Pemeliharaan
- Setelah berumur 6 hari, semprot dengan pupuk organik cair CIREMAI, dengan dosis 8 tutup botol per tangki
- Pada saat umur 10 hari, lakukan pemberian pupuk makro/kimia (urea+phonska) dengan takaran 25-50 % dari dosis biasanya
- Setelah berumur 15 hari, lakukan penyemprotan pupuk organik cair CIREMAI dengan dosis 8 tutup botol per tangki
- Pemberian berikutnya dilakukan secara berurutan sesuai komoditi tanaman, pada saat tanaman berumur 21, 28, 35 hari setelah tanam, dengan dosis masing-masing 1 liter/ha. Untuk sayuran sawi, sawi putih, pokcai dan diberikan dengan dikucurkan (1 tutup botol untuk 5 liter air) dan yang lainnya diberikan dengan cara disemprotkan
8. TANAMAN UMBI KAYU, KENTANG DAN UMBI JALAR
- 7 hari sebelum tanam, lakukan pemberian pupuk kandang pada lahan garapan
- 3 hari sebelum tanam, lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI pada lahan yag akan digarap dengan dosis 18 tutup botol per tangki
- Sebelum bibit ditanam, lakukan pencelepun pada air yang sudah ditambahkan pupuk organik cair CIREMAI dengan dosis 1 tutup botol per 5 liter air selama 30 menit
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 8-10 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 6 hari
- Pada saat umur 10 hari, lakukan pemberian pupuk makro/kimia (urea+phonska) dengan takaran 25-50 % dari dosis biasanya
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 10 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 15 hari
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 8-10 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 30 hari
- Lakukan penyemprotan pupuk CIREMAI dengan dosis 8 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 60 hari
9. TANAMAN MELON, SEMANGKA, TOMAT dan CABE
- 7 hari sebelum tanam, lakukan pemberian pupuk kandang pada lahan garapan
- 2 hari sebelum tanam, lakukan penyemprotan pupuk organik cair CIREMAI pada lahan yang akan digarap dengan dosis 16-18 tutup botol per tangki
- Sebelum bibit ditanam, lakukan pencelepun bibit pada air yang sudah ditambahkan pupuk organik cair CIREMAI dengan dosis 1 tutup botol per 5 liter air selama 30 menit
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 6-10 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 6 hari
- Lakukan pemberian pupuk makro/kimia pada saat umur 10 hari, dengan takaran 25-50 % dari dosis biasanya
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 6-10 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 20 hari
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 6-10 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 30 hari
- Lakukan penyemprotan pupuk organik CIREMAI dengan dosis 6-10 tutup botol per tangki pada saat tanaman berumur 40 hari
10. TANAMAN PERKEBUNAN (KAKAO, KARET, KOPI dll)
- Pertama sebanyak 4 liter/ha dikucurkan merata pada lobang tanam
- Kedua sebanyak 4 liter/ha dikucurkan pada pangkal batang tanaman 2 hari setelah tanam
- Selanjutnya diulang setiap 30 hari sekali dengan dosis 2 liter/ha dengan cara dikucurkan secara merata pada pangkal batang tanaman
- Untuk perawatan berikutnya dapat diberikan setiap 3 bulan sekali den dengan dosis 2 liter/ha dengan cara dikucurkan secara merata (melingkar dibawah tajuk, kurang lebih 2 meter dari pokok batang).
11. TANAMAN JABON, SENGON, ALBASIA, GAHARU DAN JATI
PRA TANAM PERSEMAIAN
• Biji bibit direndam selama 12 jam dengan menggunakan ciremai i-200 watt dosis 1 tutup botol ciremai dengan 5 liter air.
• Tanah disiram dengan pupuk ciremai dosis 1 tutup botol ciremai dengan 5 liter air dengan cara dicepret – cepretkan ke lahan kemudian diamkan selama 2–3 hari setelah itu bibit di semaikan.
• Lakukan penyiramantanah dengan pupuk ciremai dosis 1 tutup botol ciremai dengan 5 liter air dilakukan setiap setengah bulan sekali sampai umur bibit menginjak 3 bulan.
PEMINDAHAN BIBIT SIAP TANAM
• Biasanya hal pertama yang dilakukan sebelum penanaman bibit adalah membuat lubang tanah untuk bibit siap tanam yang kemudian lubang tersebut diberikan kompos, disarankan lubang yang telah diberi kompos tersebut langsung siram dengan pupuk ciremai dosis 1 tutup botol ciremai dengan 5 liter air agar kompos tersebut cepat matang dan cepat menyuburkan tanah, lalu pindahkan bibit tanaman ke dalamnya.
• Lakukan penyemprotan per 15 hari sekali dengan menggunakan ciremai dosis 1 tutup botol dengan 5 liter air (75% ke batang dan tanah, 25 % ke daun) sampai umur tanaman 6 bulan (3 bulan HST).
• Kemudian lakukan penyemprotan sebulan sekali setelah usia tanaman 6 bulan sampai genap usia tanaman 1 tahun.
• Setelah usia tanaman 1 tahun lakukan penyemprotan 2 – 3 kali per tahun dan seterusnya.

12. TANAMAN KELAPA SAWIT
I. PERSIAPAN ; Biji yang akan di semai direndam dengan air yang di beri Ciremai. Dosis 1 tutup botol Ciremai untuk 5 liter air, perendaman dilakukan selama 12 jam.
II. PENYEMAIAN
- 2 hari sebelum dilakukan pembibitan, tanah lapisan atas yang telah diayak dalam polybag untuk pembibitan terlebih dahulu disiram dengan air yang sudah ditambahkan Pupuk Ion Organik CIREMAI dosis 1 tutup botol per 5 liter. Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5 - 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polybag harus selalu lembab. Simpan polybag di bedengan yang berdiameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindah tanamkan.
- Bibit dari persemaian dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. 2 hari sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan larutan PIOC CIREMAI I 200 WATT dengan dosis 1 tutup botol untuk 5 liter air. Polybag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.
III. PEMBIBITAN
Pupuk Makro
> 15-15-6-4 Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
> 12-12-17-2 Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).
> 12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
> PIOC CIREMAI Mulai minggu ke 1 – 40 (1 tutup/5 air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

IV. PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
a. PUPUK MAKRO
JENIS PUPUK UMUR DOSIS
Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 225 kg/ha
Urea Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 1000 kg/ha
Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 115 kg/ha
TSP Bulan ke 48 & 60 750 kg/ha
Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 200 kg/ha
MOP/KCL Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 1200 kg/ha
Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 75 kg/ha
Kieserite Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 600 kg/ha
Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 20 kg/ha
Borax Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 40 kg/ha

b. Aplikasi PIOC CIREMAI i-200 watt
b.1. Dosis PIOC CIREMAI i 200 watt yang diaplikasikan sejak awal pertumbuhan tanaman sampai tahap produksi
UMUR CARA PEMBERIAN / DOSIS
0-36 bln 2- tutup botol/10 ltr air untuk setiap pohon, siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali
>36 bln 3- tutup botol/ 10 ltr air untuk setiap pohon, siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali

b.2 Dosis PIOC CIREMAI I-200 Watt yang diaplikasikan pada tanaman yang sudah berproduksi
Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 1 tutup/ 5 ltr air, untuk setiap pohonnya
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3 tutup/ 10 ltr, untuk setiap pohonnya
Catatan: Dilarang menyemprot ke sawit yang sedang berbunga,sebaiknya disiram kecuali sawit yang belum berbunga.

13. TANAMAN MANGGA, JAMBU, JERUK, PEPAYA, BELIMBING, APEL, RAMBUTAN, KELENGKENG DAN DELIMA
MASA TANAM
- 7 hari sebelum penanaman bibit, siapkan lobang untuk penanaman bibit, dan taburkan pupuk kandang pada lobang tersebut
- 2 hari sebelum bibit di tanam di lahan, siram bibit yang masih di dalam polybag dengan air yang sudah dicampur pupuk organik cair CIREMAI dengan dosis 1 tutup botol untuk 1 liter air per pohon/bibit, biarkan dahulu selama 2 hari dan jangan ditanam di lahan
- 2 hari sebelum bibit ditanam, siramkan air pada lobang tersebut yang sudah dicampur pupuk organik cair CIREMAI dengan perbandingan 1 : 1 (1 Tutup Ciremai untuk 1 Liter Air) => 5 liter setiap pohon lakukan seminggu sekali di pagi hari atau sore hari
- Untuk pemeliharaan, lakukan pemberian pupuk organik cair CIREMAI 2 minggu sekali dengan dosis 1 tutup botol untuk 5 liter air per pohon

- MASA DEWASA BELUM BERBUAH
• 4 tutup botol pupuk organik cair CIREMAIdicampur dengan 5 liter air per tangki (tangki isi 16-17 liter) semprot seluruh daun dan batang pohonnya, lakukan seminggu sekali waktu pagi hari atau sore hari
• Untuk tanah, buat lingkaran tanah di sekeliling pohon 0.5M – 1M,kedalaman 30 cm, lalu siramkan air yang sudah dicampur dengan Ciremai 1 : 1 (1 Tutup Ciremai untuk 1 Liter Air) => 5 liter setiap pohon lakukan seminggu sekali di pagi hari atau sore hari
• Kalau sudah ada hujan lakukan penyiraman tanah 2x – 3x per minggu
14. TANAMAN MENTIMUN [untuk 1 hektar]
• Haluskan lahan tanah dan buatlah bedengan dengan lebar 1M dan panjang bedeng di optimalkan
• Tancapkan Lanjar membentuk piramida dengan kedalaman 15 cm ke dalam tanah
• Setelah lahan dihaluskan, 2-3 hari sebelum penanaman, lakukan penyemprotan lahan dengan dosis 16-18 tutup botol pupuk organik ciremai per tangki,
• Tanamkan bibit Timun Sayur ke lahan lalu tanamkan bibit timun dengan jarak 30Cm, per bedeng 2 bibit kanan kiri
• Ketika Timun Sayur umur 6 hari setelah tanam maka lakukan penyemprotan dengan dosis 6 tutup botol ciremai per tangki.
• Umur 10 hari lakukan pemupukan dengan :
• 15kg Mikrosil + 25Kg Mutiara + 25Kg Phonska + 15Kg Urea semua dicampur rata
• Lakukan pemupukan dengan membuat tugel kurang lebih dengan jarak 5Cm dari tanaman, kemudian pupuk kimia tersebut diletakan di area tugelan. Pengambilan pupuk kimianya kurang lebih 3 ruas jari.
• Untuk pemupukan dibutuhkan 7 orang dan dipastikan selesai pemupukan sebelum waktu makan siang (3 orang bikin tugelan dan 4 orang pemupukan)

• Ulangi penyemprotan / penyiraman yang kedua ketika Timun Sayur berusia 15 hari setelah tanam dengan takaran 8 - 10 tutup botol ciremai.
• Ulangi penyemprotan / penyiraman yang kedua ketika Timun Sayur berusia 15 hari setelah tanam dengan takaran 8 - 10 tutup botol ciremai per tangki

• Umur 20 hari lakukan pemupukan lagi :15Kg Mikrosil + 30Kg Mutiara + 30Kg Phonska + 20Kg Urea, semua dicampur rata
• Umur 30 hari lakukan pemupukan lagi :
• 15Kg Mikrosil + 30Kg Mutiara + 30Kg Phonska + 20Kg Urea
• Ulangi penyemprotan / penyiraman yang kedua ketika Timun Sayur berusia 30 hari setelah tanam dengan takaran 8 - 10 tutup botol ciremai per tangki

KETERANGAN
• Umur 20 – 25 hari setelah tanam biasanya Timun Sayur sudah berbunga dan pada saat umur 30 – 31 hari setelah tanam, biasanya Timun Sayur sudah bisa di panen.
• Per 5 hari sekali lakukan penyemprotan pestisida kimia dengan menggunakan Decis + Regent (masing2 10 cc per tangki isi 17 liter) dan Dakonil + Antrakol (masing-masing 1 sendok) dan semua dicampur rata.
• Lahan 1 hektar idealnya menghasilkan 40 TON timun sayur.
• Pastikan pengairan cukup dengan cara di LEB jarak air ke tanaman kurang lebih 20cm - 30cm dan cuaca yang mendukung, timun bagus nya di tanam tiap bulan 5 tiap tahun atau 20 rajab sebelum lebaran tiap tahun.
• Panen bisa dilakukan tiap hari dengan tujuan agar bisa mencapai tonase yang diinginkan.
15. TANAMAN TERONG, OYONG DAN VARIA
- 7 hari sebelum tanam, lakukan pemberian pupuk kandang pada lahan garapan
- 3 hari sebelum penanaman, semprotkan dulu pupuk organik cair CIREMAI pada lahan garapan dengan dosis 15 – 18 tutup botol per tangki
- Lakukan penyemprotan pupuk organik cair CIREMAI pada saat umur 6 hari dengan dosis 6-8 tutup botol per tangki (sasaran/arah penyemprotan 75% ke tanah dan 25% ke daun/batang)
- Lakukan pemberian pupuk makro/kimia (urea+phonska) pada saat umur 10 hari dengan takaran 25% - 50% dari dosis biasanya
- Lakukan penyemprotan pupuk organik cair CIREMAI pada saat umur 15 hari dengan dosis 6-8 tutup botol per tangki (sasaran/arah penyemprotan 75% ke tanah dan 25% ke daun/batang)
- Lakukan pemberian pupuk makro/kimia (urea+phonska) dengan dosis 25% dari biasanya
- Lakukan penyemprotan pupuk organik cair CIREMAI pada saat umur 30 hari dengan dosis 6-8 tutup botol per tangki (sasaran/arah penyemprotan 75% ke tanah dan 25% ke daun/batang)
BAB III.BERBAGAI HAMA TANAMAN PADI DAN CARA MENGATASINYA

1.Kaper
Umur 0-20 hari larva dari kaper berada didalam tanah dan memakan ujung akar (ulat).
umur 21 – 40 hari dari akar naik ke ¼ dari ruas batang (sundep).
Umur 40-80 hari naik lagi kebatang dan memakan batang yang lunak (penggerek batang).
Contoh:
hama ulat tanah, sundep,penggerek batang.
TELUR KAPER HANYA BISA HIDUP DI TANAH YANG PH-NYA<3, MAKA AGAR PH TANAH NAIK Cara mengatasi: Di pupuk Dolomit , Kapur , Abu sekam di lakukan 3 hari sekali 2. Wereng Umur dari wereng sendiri sekitar 29 hari sekali bertelur sekitar 300-400 utir telur umur 3 hari telur menetas umur 4-7 hari sudah mulai makan dan menghisap sari makanan pada batang umur 14 hari bertelur lagi umur 21 hari naik ke pangkal daun dan bertelur lagi Umur 29 hari mulai mati dan meninggalkan telur lagi PERHATIAN! WERENG TIDAK BISA DIBUNUH DENGAN PESTISIDA JENIS APAPUN, YANG BISA KITA LAKUKAN HANYA MENGGANGGU PROSES PERNAFASANNYA Cara mengatasi: 1. Siapkan 2 botol balsem geliga (larutan mentol ) 2. Setengah Liter air 3. 1 sendok minyak tanah (SEBAGAI PENGIKAT MENTOL) 4. 1 sendok diterjen (SEBAGAI PELARUT AIR DENGAN MINYAK TANAH) 5. 1 tutup botol ciremai NB : dosis semprot ½ gelas / tangki dari larutan dan disemprot 5 hari sekali. 3. Walang Utes / Ulat Cara mengatasi bahan : - cabai 1 kg - air 1 liter - 1 tutup botol pupuk organik cair CIREMAI - 1 sendok rinso - 1 sendok minyak tanah Cara Pembuatan - cabai di tumbuk / di blender dan di tambahkan 1 liter air - Daun mimba / mlingi di tambahkan 1 liter air - 2 larutan tersebut di campur dosis Semprot - 25 cc dari larutan / tangki - tambahkan 1 sendok diterjen - tambah lagi 1 sendok minyak tanah 4. WALANG SANGIT Cara Mengatasi Bahan : - isi kluwak 1 kg - 1 liter air Cara pembuatannya - isi kluwak di campur dengan 1 liter air Dosis Semprot - 25-40 cc / tangki ditambah 3-4 tutup 5.Burung Cara mengatasi: Bahan : - 1 botol minyak serimpi / air mata duyung Cara pembuatan & dosisnya 3 sendok minyak serimpi atau air mata duyung / tangki disemprot di bagian tepi lahan 6. Keong Bahan : - Gadung 1 kg - Bakatul 2 kg Caranya : - Gadung diiris tipis-tipis / di buat tepung - di campur dengan bakatul - lalu di taruh di saluran air ( jajar legawa) sebagai umpan 7. Orong – Orong (Gaang, sunda) Cara Mengatasi : Bahan : - Bawang putih ½ kg Caranya : bawang dilembutkan kemudian dicampur dengan 1 liter air dengan dosis ½ gelas / tangki, disemprot di pinggir lahan. 8. Tikus Cara mengatasi : Bahan : - singkong celeng / druwo - air kelapa muda / degan Caranya : - singkong diiris tipis – tipis kemudian direbus dengan air dengan kaleng roti yang penting tidak tersentuh tangan manusia 9. KEPITING Cara mengatasi Bahan : Pace (BENTIS) Caranya: Buah pace /mengkudu di iris,di taruh di sarang kepiting. BAB IV. KESUBURAN TANAH Tanah adalah sebuah komponen dari keseluruhan ekosistem dan tidak dapat dilepaskan dari kesehatan ekosistem tersebut. Di bidang pertanian, tanah yang sehat memiliki kondisi fisik, kimia dan biologis optimal untuk produksi tanaman dan memiliki kesanggupan untuk menjaga kesehatan tanaman serta kualitas ekosistem yang mencakup air dan tanah. Dalam sejumlah kondisi, tanah yang sehat mungkin saja tidak berfungsi sebagai komponen ekosistem yang sehat karena adanya penambahan komponen tanah yang tidak sehat dari luar tanah itu sendiri (Elliott 1998) misalnya penambahan bahan kimia yang berlebihan atau pembuangan limbah toksik. Tanah sehat dan subur merupakan system hidup dinamis yang dihuni oleh berbagai organism (mikro flora, mikro fauna, serta meso dan makro fauna). Organisme tersebut saling berinteraksi membentuk suatu rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem untuk membentuk tropik rantai makanan (Simarmata et al, 2003). Dalam ekosistem tanah tropik, rantai makanan dimulai dari tropik level pertama, yaitu kelompok organisme (tanaman dan bakteri) produsen yang mampu memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energinya. Selanjutnya diikuti oleh tropik kedua hingga ke tingkat tropik yang tertinggi. Hal ini berarti, bahwa kehadiran suatu organisme akan mempengaruhi keberadaan organisme lain secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan tanah dapat dievaluasi secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan indikator seperti kemampuan tanah sebagai media tumbuh tanaman maupun mikroba (Simarmata et al, 2003). Indikator kesuburan tanah Kesuburan tanah bisa diukur berdasarkan beberapa indikator kesuburan tanah. Beberapa indikator kesuburan tanah yang biasa digunakan oleh para ahli tanah antara lain adalah : kapasitas absorbsi, tingkat kejenuhan basa, kandungan liat dan kandungan bahan organik. Selanjutnya akan diuraikan dibawah ini. Kapasitas Absorbsi dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanah untuk mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel kolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung mencerminkan kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk kation. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan kesuburannya semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh unsur K (Kalium), Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah normal (berkisar 6,5). Kejenuhan Basa, nilainya dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation. Peningkatan nilai persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya kandungan basa-basa tanah pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara sederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhi dan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik di dalam tanah. Kandungan liat, merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisa untuk air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun jika kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak ideal untuk budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang tinggi menyebabkan perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah sehingga menyulitkan peredaran air dan udara. Bahan Organik Sebagai Kunci Dinamika Kesuburan Tanah Kandungan Bahan Organik merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit dan hama dari bahan organik). Bahan organik dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik tanah yang keras/liat (pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh adanya bahan organik. Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik sehingga aerasi udara meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air yang menyebabkan kebusukan akar. Demikian pula bila kondisi sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat berpasir), maka fisik tanah dapat dibuat menjadi kompak, karena agregasi meningkat oleh adanya bahan organik. Ruang pori tanah juga meningkat, akibatnya kemampuan tanah dalam menyimpan air dan menyediakan ruang udara akan semakin proporsional (baik). Hal ni bermanfaat untuk menghindarkan tekanan kekeringan pada perakaran. Bahan organik juga dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada bahan organik. Proses dekomposisi akan melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam tanah dan juga menjadikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan bersifat kolloid. Kondisi ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi tanah yang berkaitan juga dengan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena meningkatnya luas permukaan partikel tanah. Hal ini menjadikan tanah mempunyai kemampuan menyimpan unsur-unsur hara yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen, maupun pencucian hara-hara kation lain. Pada saatnya berarti pula meningkatkan kapasitas tanah untuk melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui proses pertukaran secara langsung maupun pasif oleh proses difusi. Bahan organik juga mampu mengeliminir bahan-bahan racun, terutama yang dakibatkan oleh kation-kation mikro seperti Co (Cobalt), Cu (Cuprum/ tembaga), B (Boron), dan lain-lain; dengan membentuk ikatan khellat. Ikatan khellat ini bersifat preventif (dari efek meracuni) dan konservatif, karena sewaktu-waktu katio-kation logam yang terjerap dalam ikatan khelat juga masih bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Bahkan ada yang mengatakan bahwa terjadinya ikatan khelat ini justru meningkatkan mobilitas banyak kation, karena ikatan ni memang bisa larut sehingga memudahkan tanaman untuk memanfaatkannya. Bahan organik bisa merubah sifat biologi tanah dengan meningkatkan populasi mikroba di dalam tanah. Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya) menyebabkan dinamika tanah akan semakin baik dan menjadi sehat alami. Peningkatan mikroba (khususnya fungi bermiselia seperti micorhiza, dll) akan meningkatkan kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/ perekat/glue antar partikel tanah. Dengan demikian menyebabkan struktur tanah menjadi lebih baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan) tanah. Kemampuan merubah sifat biologi tanah ke arah positif sehingga meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman sehingga tanaman tumbuh sehat tanpa perlu campur tangan pupuk buatan dan pestisida. Bahan organik juga berperan sebagai ZPT, karena proses dekomposisi akan menghasilkan proses akhir menjadi humus. Humus disebut juga sebagai asam humat (humic acid) yang merupakan bahan kolloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi dan bervariatif. Asam humat banyak dikaitkan dengan perkecambahan bji di dalam tanah, pertumbuhan bagian atas tanaman, pemanjangan semaian muda atau pemanjangan akar dari akar terpotong secara in vitro, karena asam humat menunjukkan pengaruh hormonal dalam pertumbuhan. Asam humat juga berperan dalam perbaikan tanah secara fisik, melalui mekanisme perbaikan agregasi, aerasi, permeabilitas serta kapasitas memegang air, sehingga tanaman akan tumbuh secara normal dan sehat. Bahan organik merupakan salah satu bagian penyusun tanah dengan sifat-sifat kolloid, dan hanya satu-satunya yang mempunyai kemampuan mendinamisasi untuk mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Tanah-tanah marjinal (baik tanah mineral maupun yang dominan liatnya) akan dapat diperbaiki sifat pejal maupun porositasnya pada tingkat yang optimal. Demikian juga permeabilitas, aerasi, perkolasi maupun agregasi, dengan peran dinamisasi dari BO, keadaan tanah menjadi gembur dan subur. Hal ini berkaitan dengan manajemen air dan udara dalam tanah, bermanfaat bagi kelangsungan perkembangan perakaran tanaman dan hara tanaman di dalam tanah. Dengan berkembangnya perakaran tanaman akan mempengaruhi bagian atas tanaman di atas permukaan tanah. BAB V. ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) Beberapa zat pengatur tumbuh yang telah dikenal adalah: 1. AUXIN 2. GIBBERELLIN 3. CYTOKININ 4. ETHYLENE 5. INHIBITORS 1. AUXIN Auxin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Hasil penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auxin. 1. Kejadian di dalam alam Di dalam alam, stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method yaitu dengan the straight growth tets dan curvature test. Menurut Larsen (1944), Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan dalam tanaman fanili Cruciferae dan merupakan zat yang dapat dikelompokan ke dalam auxin (Jones et al, 1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzym nitrilase dapat membentuk auxin. Ahli lainnya (Cmelin dan Virtanen, 1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosin. Thesis IAA adalah atas bantua bakteri (Rayle dan Purves, 1976). 2. Metabolisme Auxin Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah : a. Sintesis Auxin b. Pemecahan Auxin c. In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. Sebagaimana diketahui, IAA adalah endogeneous auxin yang terbentuk dari Trypthopan yang merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman di dalam proses biosintesis. Trypthopan berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole pyruvic acid dan Indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetid acid (IAA). Sedangkan mengenai perubahan Indole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzym nitrilase prosesnya masih belum diketahui. Pemecahan IAA dapat pula terjadi di dalam alam. Hal ini sebagai akibat adanya photo oksidasi dan enzyme. Dalam peristiwa photo oksidasi ini, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang berperan dalam photo oksidasi ialah Ribovlavin dan B-Carotene. Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidasi IAA dengan kandungan IAA dalam tanaman. Dalam hal ini apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidasi menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Di dalam daerah meristematic yang kadar auxinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasinya rendah. Sedangkan di daerah perakaran yang kandungan auxinnya rendah, ternyata aktivitas IAA oksidasinya tinggi. Proses lain yang menyebabkan inaktifnya IAA ialah karena adanya degradasi oleh photo oksidasi atau aktivitas suatu enzym. 3. Struktur molekul dan aktivitas auxin Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966), aktivitas auxsin ditentukan oleh : a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh, b. adanya rantai keasaman (acid chain) c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur cincin. d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman. CH2COOH NH IAA Keempat persyaratan diatas merupakan faktor yang menentukan terhadap aktivitas auxin. Tentang sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966) menerangkan bahwa posisi dan panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auxin. Rantai yang mempunyai karboksil grup dipisahkan oleh karbon atau karbon dan oksigen akan memberikan aktivitas yang normal. 4. Arti auxin bagi fisiologi tanaman. Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap : a. Pengembangan sel b. Phototropisme c. Geotropisme d. Apical dominasi e. Pertumbuhan akar (root initiation) f. Parthenocarpy g. Abisission h. Pembentukan callus (callus formation) dan i. Respirasi a. Pengembangan sel Dari hasil studi tentang pengaruh auxin terhadap perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu auxin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auxin meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel. Hal ini ditunjang oleh pendapat Cleland dan Brustrom (1961) bahwa auxin mendukung peningkatan permeabilitas masuknya air ke dalam sel. b. Phototropisme Suatu tanaman apabila disinari suatu cahaya, maka tanaman tersebut akan membengkok ke arah datangnya sinar. Membengkoknya tanaman tersebut adalah karena terjadinya pemanjangan sel pada bagian sel yang tidak tersinari lebih besar dibanding dengan sel yang ada pada bagian tanaman yang tersinari. Perbedaan rangsangan (respond) tanaman terhadap penyinaran dinamakan phototropisme. Terjadinya phototropisme ini disebabkan karena tidak samanya penyebaran auxin di bagian tanaman yang tidak tersinari dengan bagian tanaman yang tersinari. Pada bagian tanaman yang tidak tersinari konsentrasi auxinnya lebih tinggi dibanding dengan bagian tanaman yang tersinari. c. Geotropisme Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan organ tanaman. Bila organ tanaman yang tumbuh berlawanan dengan gravitasi bumi, maka keadaan tersebut dinamakan geotropisme negatif. Contohnya seperti pertumbuhan batang sebagai organ tanaman, tumbuhnya kearah atas. Sedangkan geotropisme positif adalah organ-organ tanaman yang tumbuh kearah bawah sesuai dengan gravitasi bumi. Contohnya tumbuhnya akar sebagai organ tanaman ke arah bawah. Keadaan auxi dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman (celeoptile) diletakan secara horizontal, maka akumulasi auxin akan berada di dagian bawah. Hal ini menunjukan adanya transportasi auxin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh geotropisme. Untuk membuktikan pengaruh geotropisme terhadap akumulasi auxin, telah dibuktikan oleh Dolk pd tahun 1936 (dalam Wareing dan Phillips 1970). Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa auxin yang terkumpul di bagian bawah memperlihatkan lebih banyak dibanding dengan bagian atas. Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair dan bahan padat. Dengan adanya gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair akan berada di atas. Sedangkan bahan yang bersifat padat berada di bagian bawah. Bahan-bahan yang dipengaruhi gravitasi dinamakan statolith (misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi dinamakan statocyste (termasuk statolith). d. Apical dominance Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan ujung batang yang dilengkapi dengan daun muda apabila mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan tumbuh ke arah samping yang dikenal dengan "tunas lateral" misalnya saja terjadi pemotongan pada ujung batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak daun. Fenomena ini kita namakan "apical dominance" Hubungan antara auxin dengan apical dominance pada suatu tanaman telah dibuktikan oleh Skoog dan Thimann (1975). Dalam eksperimennya, pucuk tanaman kacang (apical bud) dibuang, sebagai akibat treatment tersebut menyebabkan tumbuhnya tunas di ketiak daun. Dari ujung tanaman yang terpotong itu diletakan blok agar yang mengandung auxin. Dari perlakuan tersebut ternyata bahwa tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun. Hal ini membuktikan bahwa auxin yang ada di apical bud menghambat tumbuhnya tunas lateral. e. perpanjangan akar (root initiation) dalam hubungannya dengan pertumbuhan akar, Luckwil (1956) telah melakukan suatu eksperimen dengan menggunakan zat kimia NAA (Naphthalene acetic acid), IAA (Indole acetid acid) dan IAN (Indole-3-acetonitrile) yang ditreatment pada kecambah kacang. Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa ketiga jenis auxin ini mendorong pertumbuhan primordia akar. Perlu dikemukakan pula di sini, bahwa menurut Delvin (1975), pemberian konsentrasi IAA yang relatif tinggi pada akar, akan menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar. f. Pertumbuhan batang (stem growth) Di dalam alam, hubungan antara auxin dengan pertumbuhan batang nyata erat sekali. Apabila ujung coleoptile dipotong, kemungkinan tanaman tersebut akan terhenti pertumbuhannya. Di dalam tanaman, jaringan-jaringan muda terdapat pada apical meristem. Hubungannya dengan pertumbuhan tanaman peranan auxin sangat erat sekali. Dalam gambar diatas diperoleh petunjuk bahwa kandungan auxin yang paling tinggi terdapat pada pucuk yang paling rendah (basal). g. Parthenocarpy Di dalam alam sering kita menjumpai buah yang tidak berbiji. Seperti ; Anggur, Strawberry dan tanaman famili mentimun. Keadaan seperti ini disebabkan tidak dialaminya pembuahan pada perkembangan buah. Di dalam fisiologi, keadaan seperti ini dinamakan Parthenocarpy. Di dalam proses Parthenocarpy, hormon auxin bertalian erat. Seperti dikemukakan massart (1902) hasil eksperimennya menunjukan bahwa pembengkakan dinding ovary bunga anggrek dapat distimulasi oleh tepung sari yang telah mati. Pada tahun 1934 Yasuda berhasil menemukan penyebab Parthenocarpy dengan menggunakan ekstrak tepung sari pada bunga mentimun. Hasil analisisnya menunjukan bahwa ekstrak tersebut mengandung auxin. Selanjutnya pada tahun1936, Gustafon telah menemukan terjadinya Parthenocarpy dengan menggunakan IAA yang dicampur dengan lanolin pada stigma. Hasil penelitian Muir (1942) menunjukan pula bahwa kandungan auxin pada ovary yang mengalami pembuahan (pollination) meningkat bila dibandingkan dengan ovary yang tidak mengalami pembuahan. h. Pertumbuhan buah (fruit growth) Peningkatan volume buah ada hubungannya dengan pertumbuhan buah. Keadaan ini akibat hasil pembelahan sel dan/atau pengembangan sel. Menurut Weaver (1972), fase pembelahan sel biasanya overlap dengan pengembangan sel (cell enlargementh). Keadaan perkembangan ini selalu diikuti oleh peningkatan ukuran buah. Mengenai hubungannya dengan auxin, diterangkan oleh Muller-Thurgau dalam tahun 1898 bahwa endosperma dan embrio di dalam biji menghasilkan auxin yang menstimulasi pertumbuhan endosperma. Suatu anggapan mengenai peranan auxin dalam pertumbuhan buah, telah dibuktikan oleh Crane dalam tahun 1949 dengan menggunakan 2,4, 5-T sebagai exogenous auxin yang diaplikasikan pada blak berry, anggur, strawberry dan jeruk. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pertumbuhan buah lebih cepat 60 hari dari fase normal rata-rata 120 hari. i. Abscission Abscission adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan bagian/organ tanaman dari tanaman, seperti ; daun, bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka dalam proses abscission ini faktor alami seperti ; dingin, panas, kekeringan, akan berpengaruh terhadap abscission. Dalam hubungannya dengan hormon tumbuh, maka mungkin hormon ini akan mendukung atau menghambat proses tersebut. Di dalam proses abscission, akan terjadi perubahan-perubahan metabolisme dalam dinding sel dan perubahan secara kimia dari pectin dalam midle lamella. Pembentukan lapisan abscission (abscission layer), kadang-kadang diikuti oleh susunan cell division proximal. Disini sel-sel baru akan berdiferensiasi ke dalam periderm dan membentuk suatu lapisan pelindung (Weaver, 1972). Mengenai hubungan antara abscission dengan zat tumbuh auxin, Addicot et al (1955) mengemukakan sbb: Abscission akan terjadi apabila jumlah auxin yang ada di daerah proksimal (proximal region) sama atau lebih dari jumlah auxin yang terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah auxin yang berada di daerah distal lebih besar dari daerah proximal, maka tidak akan terjadi abscission. Dengan kata lain proses abscission ini akan terlambat. Teori lain (Biggs dan Leopold 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auxin terhadap abscission ditentukan oleh konsentrasi auxin itu sendiri. Konsentrasi auxin yang tinggi akan menghambat terjadinya abscission, sedangkan auxin dengan konsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya abscission. Teori terakhir dikemukakan oleh Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa respon abscission pada daun terhadap auxin dapat dibagi kedalam dua fase jika perlakuan auxin diberikan setelah daun terlepas. Fase pertama, auxin akan menghambat abscission, dan fase kedua auxin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya abscission. j. Senescence Menurut Alex Comport (1956) dalam Leopold (1961) "senescence" adalah suatu penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan kenaikan vulnerability suatu organisme. Namun di dalam tanaman, istilah ini diartikan; menurunnya fase pertumbuhan (growth rate) dan kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan kepekaan (susceptibility) terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau perubahan fisik lainnya. Ciri dari fenomena ini selalu diikuti dengan kematian. Di dalam alam, senescence terjadi pada daun, batang dan buah. Menurut Leopold (1961) ada empat bentuk senescence yang terjadi pada tanaman yaitu : 1. Semua organ tumbuh mengalami senescence (over-all senescence) 2. Senescence yang terjadi pada bagian atas (top senescence) 3. Senescence yang terjadi seluruh bagian daun dan buah (decideus senescence) 4. Senescence berkembang dari daun paling bawah menuju kearah atas (progresive senescence) Ciri-ciri terjadinya senescence dapat ditemukan pada morfologi dan perubahan di dalam organ atau seluruh tubuh tanaman. Keadaan seperti ini diikuti oleh meningkatnya abscission serta daun dan buah berguguran dari batang pokok. Begitu pula pertumbuhan dan pigmentasi warna hijau berubah menjadi warna kuning, yang akhirnya buah dan daun terlepas dari batang pokok. GIBBERELLIN Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan "Gibberelline A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3. Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat tersebut telah disepakati oleh kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang. 1. Kejadian di dalam alam. Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972), gibberellin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya. Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13. Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,. 2. Metabolisme gibberelline Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon. C C - C - C C Unit Isoprene (5-C) Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30). Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618. 3. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung "gibban skeleton". Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline adalah: a. beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang lainnya mempunyai 20 buah atom karbon. b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene numbering system) Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering. Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun aktivitasnya seperti gibberelline. O H OH CO CH2 HO H COOH H CH3 H GA3 (gibberellic acid) 4. Arti gibberellin bagi fisiologi tanaman Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Gibberelline mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein. a. Genetic dwarfism Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi. Gejala ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap Genetic dwarfism ini, gibberelline mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Brian dan Hemming (1955). Dalam eksperimennya mereka telah memberi perlakuan penyemprotan gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini menunjukan bahwa gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman kacang yang kerdil dan menjadi tinggi. Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan bahwa gibbberelline mendukung pengembangan dinding sel. Menurut van Oberbeek (1966) penggunaan gibberelline akan mendukung pembentukan enzym protolictic yang akan membebaskan tryptophan sebagai asal bentuk dari auxin. Hal ini berarti bahwa kehadiran gibberelline tersebut akan meningkatkan kandungan auxin. Mekanisme lain menerangkan bahwa gibberelline akan menstimulasi cell elengation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari gibberelline, akan mendukung terbentuknya a amilase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi nai, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang. b. Pembungaan (flowering) Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman, mempunyai peranan dalam pembungaan. Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada bungan spothiphyllum Mauna loa. Dengan memberikan perlakuan GA3 dengan dosis: 250, 500 dan 1000 mg/l. hasil eksperimen tsb dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 1. Pengaruh GA3 terhadap pembungaan Spathiphyllum Mauna Loa GA3 (mg/l) Pembangunan (%) minggu setelah perlakuan 10 12 14 16 18 20 0 0 0 0 0 0 10 250 0 0 30 30 70 90 500 20 50 70 100 100 100 1000 0 60 100 100 100 100 c. Parthenocarpy dan fruit set Seperti auxin, gibberelline pun berpengaruh terhadap Parthenocarpy. Hasil penelitian menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3) lebih efektif dalam terjadinya Parthenocarpy dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Hasil eksperimen lain menunjukan pula bahwa GA3 dapat meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil. d. Peranan Gibberellin dalam pematangan buah (fruit ripening) Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma. Dalam proses pematangan ini, gibberelline mempunyai peran penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah. Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi gibberelline pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada buah pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda. e. Mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan (germination) Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm terdapat masa pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron".. sedangkan embrio itu sendiri merupakan suatu bagian hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperm. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahanpati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa gibberelline berperan penting dalam proses aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang mengakibatkan aktivitas amilase meningkat. Aktivitas enzym a amilase dan protease di dalam endosperm juga didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan RNA. f. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangan xylem Gibberelline mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn xylem. Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung terjadinya diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA dengan konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh sinergis pada xylem. Sedangkan aplikasi auxin saja tidak memberi pengaruh pada tanaman. g. Dormansi Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Menurut Copeland (1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase perkecambahannya hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh. Secara umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb: 1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo) 2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature embriyo) 3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis) 4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat) 5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of germination inhibitors). Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada empat fase yang harus dilalui : 1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon (hormon level) 2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest) 3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. 4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon dan aktivitas enzym. Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah dibahas oleh warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat menstimulasi sintesis ribonukleas, amilase dan protoase di dalam endospem biji barley. CYTOKININ Cytokinin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel (cell division). Cytokinin pertama kali ditemukan dalam kultur jaringan di Laboratories of Skoog and Strong University of Wisconsin. Material yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batang tembakau yang ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et al (1955, 1956), senyawa yang aktif adalah kinetin (6-furfuryl amino purine). Hasil penelitian menunjukan bahwa purine adenin sangat efektif. 1. Struktur kimia Cytokinin Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini. NH2 N N H Adenine (6-amino purine) 2. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus. Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut. 3. Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan tanaman Di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman. ETHYLENE Ethylene adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auxin, Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. hormon ini akan berperan pada proses pematangan buah dalam fase climacteric. Penelitian terhadap ethylene, pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901) dan Kriedermann (1975), hasilnya menunjukan gas ethylene dapat membuat perubahan pada akar tanaman. Hasil penelitian Zimmerman et al (1931) menunjukan bahwa ethylene dapat mendukung terjadinya abscission pada daun, namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut dapat mendukung proses pembungaan pada tanaman nanas. Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama antara auxin dan ethylene dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara mengaplikasikan auxin pada jaringan setelah ethylene berperan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran auxin dapat menstimulasi produksi ethylene. 1. Struktur kimia dan Biosintesis ethylene Struktur kimia ethylene sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen seperti gambar di bawah ini : H H C=C H H Ethylene Biosintesis ethylene terjadi di dalam jaringan tanaman yaitu terjadi perubahan dari asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN (Flavin Mono Nucleotide) menjadi Methionel. Senyawa tersebut mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethykene, methyl disulphide, formic acid. 2. Peranan ethylene dalam fisiologi tanaman Di dalam proses fisiologis, ethylene mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh ethylene dalam fisiologi tanaman sbb: a. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah b. mendukung epinasti c. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa species tanaman walaupun ethylene ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi. d. Menstimulasi perkecambahan e. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal f. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar g. Mendukung terjadinya abscission pada daun h. Mendukung proses pembungaan pada nanas i. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek j. Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral k. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya ethylene. Tetapi kehadiran ethylene menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis ethylene dan precursor. 3. Peranan ethylene dalam proses pematangan buah Harsen (1967) dalam Dilley (1969) telah mempelajari hubungan antara ethylene dengan tingkat kematangan pada buah pear. Ia mengemukakan bahwa pematangan ini menjadi suatu sequential dalam proses kesinambungan kehidupan buah. Menurut konsep tsb, ethylene berpebgaruh terhadap beberapa yang mengontrol pola normal dari proses pematangan. Menurut Frenkel et al (1968), sintesa protein diperlukan pada tingkat pematangan yang normal. Protein disintesa secepatnya dalam proses pematangan. Dari hasil eksperimen terhadap buah pear, memperlihatkan bahwa pematangan buah dan sintesa protein terhambat sebagai akibat perlakuan cycloheximide pada permulaan fase climacteric. Setelah cycloheximide hilang, ternyata sintesis ethylene tidak mengalami hambatan. Di dalam proses pematangan, ribonucleic acid synthesis pun diperlukan. Dalam eksperimen menggunakan buah pear, buah tersebut ditreated, dengan actinomysin D pada tingkat pre climacteric. Dari hasil eksperimen ini diperoleh petunjuk bahwa actinomysin D menghambat terbentuknya DNA yang bergantung pada RNA sintesis. Imascshi et al (1968) mengemukakan bahwa ethylele mendukung peningkatan aktivitas metabolisme dalam jaringan akar ubi jalar. Ethylene yang berkonsentrasi 0,1 ppm, menstimulasi perkembangan peroxidase dan phenyl alanine ammonialyase. Penelitian lain mengemukakan bahwa perlakuan ethylene pada kecambah kapas menstimulasi aktivitas peroksida dan IAA oksida. 4. Interaksi ethylene dengan auxin dan kinetin Dari hasil penelitian terhadap tanaman kacang (pea), menunjukan bahwa pembentukan ethylene lebih tampak pada jaringan meristem tempat auxin dihasilkan. Disini IAA mengontrol pembentukan ethylene dalam perpanjangan batang pea. Kehadiran kinetin dalam pertumbuhan tunas lateral dapat mengatasi penghambatan yang diakibatkan oleh IAA. Hasil penelitian lain menunjukan bahwa adanya penghambatan transportasi auxin oleh endogenous ethylene yang menyebabkan terjadinya abscission pada daun. INHIBITORS Yang dimaksud dengan istilah inhibitor adalah zat yang menghambat pertumbuhan pada tanaman, sering didapat pada proses perkecambahan, pertumbuhan pucuk atau dalam dormansi. Di dalam tanaman, inhibitor menyebar disetiap organ tubuh tanaman tergantung dari jenis inhibitor itu sendiri. Menurut weaver (1972), beberapa jenis inhibitor adalah merupakan bentuk phenyl compound termasuk phenol, benzoic acid, cinamic acid dan coffeic acid. Gallic acid dan shikimic acid merupakan turunan dari benzoic acid. Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa gallic acid dapat diketemukan pada buah yang matang, sedangkan ferulic acid dan p-coumaric acid merupakan ko faktor untuk IAA oksida. Di dalam alam, abscisic acid dapat dijumpai pada daun, batang, rizoma, ubi (tuber), tunas (bud), tepung sari, buah, embrio, endosperm, ataupun kulit biji (seed coat) misalnya pada tanaman kentang, kacang, apel, adpokat rose dan kelapa. Plant growth retardant adalah inhibitor yang berperan dalam menghambat aktivitas apical meristematic. Zat kimia yang dikelompokan dalam growth retardant adalah : Amo-1618, Phosfon-D, CCC (cycocel), SADH (succinic acid-2,2-dimethyl hyrdazide) dan Morphactins (methyl-2-chloro-9-hydroxy fluorene-9-carboxylate/IT 3456 dan n-butyl-9-hydroxyfluerene-9-carboxylate/IT 3233). 1. Peranan inhibitor di dalam tanaman a. Abscissic acid Di dalam tanaman, Abscissic acid (ABA) menyebar di dalam jaringan. Inhibitor ini mempunyai fungsi atau peranan yang berlawanan dengan zat pengatur tumbuh: auxin, gibberellin, dan cytokinin. b. Plant growth retardant Plant growth retardant adalah inhibitor yang berlawanan dengan kegiatan gibbberellin pada perpanjangan batang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Lang dkk dengan menggunakan CCC dan Amo-1618 pada jamur fusarium moniliforme dan tanaman derajat tinggi. Ternyata bahwa sintesis gibberellin diblokir sehingga gibberellin tersebut tidak berpengaruh. Sedangkan SADH menghambat diamin oksida (yang berperan dalam perubahan tryptamine menjadi IAA). Secara garis besar ternyata inhibitor ini menghambat aktivitas auxin, gibberellin dan cytokinin. ABA sebagai salah satu jenis inhibitor mendukung dormansi, abscission dan senscence. Sedangkan SADH, CCC, Phosfon-D dan Amo-1618 menghambat perpanjangan batang (cell elongation). Growth retardant ini aktifasinya berlawanan dengan gibberellin. MH (Maleic Hydrazide) sering digunakan sebagai herbisida dalam konsentrasi yang tinggi. Aktifitas MH ini menghambat aktifitas meristematic, sehingga menghambat perpanjangan batang. Begitu pula morphactin dan turunannya, dengan menggunakan konsentrasi yang tinggi, dapat dipergunakan sebagai weed killer. Peranan bahan kimia ini adalah menghambat perpanjangan batang dan berfungsi pula untuk memecahkan auxillary bud.


Jumat, 06 April 2012

iben great seller: OBAT ALAMI DARI BUMBU DAPUR UNTUK BERBAGAI MACAM P...

iben great seller: OBAT ALAMI DARI BUMBU DAPUR UNTUK BERBAGAI MACAM P...: Sesak napas, sakit gigi, dan perut kembung memang mengganggu. Keluhan ini bisa dialami siapa saja. Tapi, sebelum mengonsumsi obat untu...

iben great seller: OBAT ALAMI DARI BUMBU DAPUR UNTUK BERBAGAI MACAM P...

iben great seller: OBAT ALAMI DARI BUMBU DAPUR UNTUK BERBAGAI MACAM P...: Sesak napas, sakit gigi, dan perut kembung memang mengganggu. Keluhan ini bisa dialami siapa saja. Tapi, sebelum mengonsumsi obat untu...

OBAT ALAMI DARI BUMBU DAPUR UNTUK BERBAGAI MACAM PENYAKIT







Sesak napas, sakit gigi, dan perut kembung memang mengganggu. Keluhan ini bisa dialami siapa saja. Tapi, sebelum mengonsumsi obat untuk meredakannya, cobalah tengok dulu dapur Anda.

Beberapa bahan alami diketahui bisa mengurangi keluhan tersebut. Tak ada salahnya dicoba, bukan?

1. Sesak nafas
Obat alami: Cabai, paprika, merica

Bisa dipicu oleh udara dingin, infeksi sinus, alergi atau parfum yang menyengat. Cobalah mengonsumsi makanan pedas yang mengandung banyak cabai. Capsaicin, senyawa yang memberikan rasa pedas pada cabai, diketahui bisa melebarkan pembuluh darah di hidung, yang membantu meredakan hidung tersumbat. Anda juga bisa mengonsumsi makanan pedas lain yang mengandung wasabi.

2. Sakit gigi
Obat alami: Cengkih

Gigi terasa nyeri dan belum sempat ke dokter gigi? Cobalah mengunyah dua buah cengkih. Seperti dilansir Prevention, menurut penelitian tim dari University of California, Los Angeles, mengunyah cengkih bisa mengurangi nyeri pada gigi dan gusi.

Itu karena cengkih mengandung senyawa alami yaitu eugenol, yang bersifat sebagai obat bius dan bisa membunuh bakteri-pembunuh. Selalu simpan cengkih di tempat yang kering dan gelap. Hal ini agar tak berjamur dan menghilangkan khasiatnya. Jadi, saat dijadikan "obat", daya kerjanya juga tetap efektif.

3. Perut Kembung

Obat alami: Jahe

Mual dan kembung, dua keluhan ini bisa diatasi dengan mengonsumsi jahe. Olah jahe menjadi minuman hangat atau dingin, sesuai selera. Menurut penelitian dari Central Food Technological Research Institute, jahe juga bisa menguatkan pencernaan Anda.

Jahe mengandung dua bahan aktif, gingerol dan kurkumin. Keduanya bisa secara cepat memecah protein dan lemak dan membantu melarutkan gelembung gas. Termasuk, mencegah kejang otot yang menyakitkan di dinding usus.

4. Cegah nyeri haid
Obat alami: Semangkuk kacang-kacangan rebus dan segelas susu rendah lemak.

Jenis kacangnya bisa kacang tanah atau kacang kedelai (edamame). Konsumsilah makanan tinggi serat dan kaya protein satu minggu sebelum haid. Keduanya akan membantu kestabilan kadar gula dalam darah. Ini penting, karena gula darah yang tidak stabil membuat Anda jadi lebih sensitif saat haid.

Penelitian juga menemukan, wanita yang mengonsumsi karbohidrat kompleks dan makanan kaya serat, risiko mengalami perasaan sensitif jelang dan saat haid lebih sedikit. Jadi, perhatikan juga asupan Anda jelang datang bulan.

Selasa, 03 April 2012

iben great seller: FILOSOFI NAMA PEWAYANGAN

iben great seller: FILOSOFI NAMA PEWAYANGAN: 1. Istilah ‘Dalang’ berasal dari bahasa Arab, ‘Dalla’ yang artinya menunjukkan. Dalam hal ini, seorang ‘Dalang’ adalah seseorang yang ‘men...

FILOSOFI NAMA PEWAYANGAN



1. Istilah ‘Dalang’ berasal dari bahasa Arab, ‘Dalla’ yang artinya menunjukkan. Dalam hal ini, seorang ‘Dalang’ adalah seseorang yang ‘menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang’. Mandalla’alal Khari Kafa’ilihi (Barangsiapa menunjukan jalan kebenaran atau kebajikan kepada orang lain, pahalanya sama dengan pelaku kebajikan itu sendiri –Sahih Bukhari)

2. Karakter ‘Semar’ diambil dari bahasa Arab, ‘Simaar’ yang artinya Paku. Dalam hal ini, seorang Muslim memiliki pendirian dan iman yang kokoh bagai paku yang tertancap, Simaaruddunyaa.

3. Karakter ‘Petruk’ diambil dari bahasa Arab, ‘Fat-ruuk’ yang artinya ‘tingggalkan’. Maksudnya, seorang Muslim meninggalkan segala penyembahan kepada selain Allah, Fatruuk-kuluu man siwallaahi.

4. Karakter ‘Gareng’ diambil dari bahasa Arab, ‘Qariin’ yang artinya ‘teman’. Maksudnya, seorang Muslim selalu berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya untuk diajak ke arah kebaikan, Nalaa Qaarin.

5. Karakter ‘Bagong’ diambil dari bahasa Arab, ‘Baghaa’ yang artinya ‘berontak’. Maksudnya, seorang Muslim selalu berontak saat melihat kezaliman.