Selasa, 03 April 2012

FILSAFAT JAWA



Dalam menghadapi kehidupan yang semakin tidak menentu ini, mungkin ada baiknya kalau kita mencoba merenung, menggali kembali ajaran-ajaran bijak generasi pendahulu kita yang mungkin akan sangat berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang ini. Ajaran yang bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat Jawa saja, tetapi juga bisa bermanfaat bagi siapapun yang ingin mempelajarinya.

-ojo dumeh, ojo gumunan, ojo kagetan
(jangan merasa paling, jangan mudah kagum, jangan gampang mudah kagum, jangan gampang terkejut)

- Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi
(Nilai diri seseorang terletak pada apa yang diucapkan)

- Ajining sarira dumunung ing busana
(Nilai badaniah seseorang terletak pada apa yang dipakai)

– Memayu hayuning bawana
(Kewajiban melindungi bagi kehidupan didunia)

- Sukeng tyas yen den hita
(Bersedia menerima nasihat, kritik,tegoran)

- Jer basuki mawa beya
(Keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan)

- Amemangun karyenak tyasing sesami
(Membuat enaknya perasaan orang lain)

- Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi
(Gejolak jiwa tidak bisa merubah kepatian)

- Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa
(Sekuat usaha manusia tidak akan bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa)

- Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti
(Kemarahan dan kebencian akan hilang oleh sikap lemah lembut)

- Tan ngendhak gunaning janma
(Tidak merendahkan kepandaian manusia).
Meski demikian masih ada anggapan dari beberapa orang yang salah menafsirkan misalnya :

- Mangan orang mangan waton kumpul.
Menunjukkan yang penting itu kumpul, bukan sekadar kumpul, tetapi kerukunannya. Demi kerukunan kita harus melakukan apa pun. Kalau perlu sampai tidak makan. Jadi, bukannya pengertian makan. Jadi, bukannya pengertian makannya yang di kedepankan.Sebenarnya filsafat Jawa tidak ada yang keliru. Yang salah adalah penafsirannya. Banyak sekali kasus yang menafsirkan secara keliru sehingga pandangan terhadap orang Jawa menjadi tidak tepat lagi. Kalau sudah begitu, siapa yang salah ? yang menafsirkan atau anjuran bijak itu ? Jadi mungkin, apabila kita selalu berpedoman atas pemikiran yang positif dalam menafsir suatu kalimat, diharapkan output yang kita dapatkan juga akan bisa berakibat positif buat kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar