Awal Syawal seringkali menjadi polemik, karena adanya
perbedaan cara penghitungan atau cara penetapannya. Rasulullah
sebenarnya sudah memberikan petunjuk melalui hadits yang masih tercatat
sampai sekarang. Cukup simpel, mudah, dan tidak memberatkan. Berikut nukilan hadits dari kitab Shahih Bukhari.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ رَمَضَانَ فَقَالَ لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْا
الْهِلَالَ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ
فَاقْدُرُوا لَهُ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah
bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Malik dari Nafi’ dari
‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menceritakan tentang bulan Ramadhan lalu Beliau
bersabda: “Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal dan
jangan pula kalian berbuka hingga kalian melihatnya. Apabila kalian
terhalang oleh awan maka perkirakanlah jumlahnya (jumlah hari
disempurnakan).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الشَّهْرُ تِسْعٌ
وَعِشْرُونَ لَيْلَةً فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ
عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah
bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Malik dari ‘Abdullah bin
Dinar dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Satu bulan itu berjumlah dua
puluh sembilan malam (hari) maka janganlah kalian berpuasa hingga
kalian melihatnya. Apabila kalian terhalang oleh awan maka
sempurnakanlah jumlahnya menjadi tiga puluh”.
Dari hadits di atas kita bisa tahu, bahwa penentuan awal Ramadhan dan 1Syawal dengan metode melihat bulan sabit yang dilakukan Rasulullah adalah dengan melihat, bukan
menghitung.Melihat berarti membuktikan bahwa bulan memang terlihat,
sedangkan ketika kita menghitung dan menetapkan , seakan-akan semua itu
pasti adanya. Padahal di dunia ini tidak ada yang pasti. Apakah ketika
hitungan kita mengatakan tanggal sekian bulan terlihat, itu akan pasti
terlihat? Belum tentu…kita harus bisa membuktikan dengan melihat. Akhir
dari segala keputusan adalah dengan melihat.Tapi semua itu kembali kepada keyakinan masing-masing. Karena keyakinan itu tidak bisa di hilangkan oleh keraguan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar